Jumat, 26 April 2013

Kepergian Ustadz Jeffry Al Buchori Sebuah Fenomena Tentang Cara Mati

Foto: detik.com
Saya terkejut. Istri saya menangis di pagi hari. Ketika saya tanya, istri tercinta menyampaikan berita yang dia lihat di tv, bahwa Uje - panggilan akrab Ustad Jeffry Al Buchori meninggal dunia akibat kecelakaan. Innalillaahi wainailaihi roji'un...

Sontak Indonesia terkejut!. Itu yang saya 'ramalkan'. Betul saja, hampir semua stasiun tv menyampaikan kabar melalui liputan reporternya. Dan saya yakin, pecinta Uje (kebanyakan juga para wanita dan kaum muda) menangis seperti istri saya!.

Dalam usia yang relatif muda, 40 tahun - Jeffry Al Buchori salah satu pendakwah agama Islam itu pergi untuk selama-lamanya. Dipanggil Allah kembali ke pangkuanNya. Ustad yang selama karirnya sebagai Da'i ini, dikenal dengan pengahantaran katanya yang lugas dan bermasyarakat. Beliau menyampaikan ceramahnya dengan bahasa yang mudah dicerna. Anak muda Indonesia menyebutnya dengan bahasa gaul.

Menurut berita, Uje meninggal dunia akibat kecelakaan tunggal. Mengendarai sepeda motor di daerah Pondok Indah Jakarta Selatan jam 01.30 pagi sepulang dari kawasan Kemang menuju rumahnya di daerah Rempoa. Kawasaki E650 yang dikendarainya oleng, menabrak trotoar jalan sebelum akhirnya membentur pohon palam. Dari hasil olah TKP dan visum, Uje mengalami benturan di kepala yang menyebabkannya meninggal dunia.

Saya tidak membahas panjang lebar sebab musabab Uje meninggal dunia. Bagi saya kecelakaan sepeda motor yang mengakibatkan kematiannya adalah sebuah 'media' mengantarkan beliau menuju ajal. Inilah yang saya jelaskan kepada istri saya saat dia masih menangis mengenang Uje.

"Mengapa orang baik dan taat seperti Uje harus mati?"

Itulah selalu kata-kata istri saya dalam tangisnya. Dan semua orang - mungkin, juga berkata yang sama saat mendengar kematian Da'i muda ini. Bahkan, disela-sela pembicaraan di beberapa tempat, di media sosial, atau dimana pun, kata-kata seperti yang diucapkan istri saya tadi (bisa) berkembang menjadi: kenapa bukan si A, si B, si anu atau si Pulan saja yang mati? dia kan lebih banyak dosanya!. Masya Allah...

Menurut saya kematian adalah rahasia Allah. Sama dengan kelahiran kita, jodoh dan rezeki. Semua itu milik Allah Swt. Rahasia Allah!. Kita tidak dapat menduga datangnya. Apakah hari ini, besok, lusa atau kapan!. Begitu pula caranya, apakah dengan perlahan, dengan tiba-tiba, dari belakang, depan, samping kiri-kanan, atau dari atas. Semua itu hanya Allah yang kuasa dan mengetahui. Jadi bukan karena "orang baik cepat mati", dan "orang jahat tidak mati-mati". Rahasia Allah!. Sekali lagi saya menekankan semua itu rahasia Allah.

"Mengapa orang jahat lama mati?"

Pertanyaan ini sebenarnya bukan pembahasan. Apalagi jadi bahan perdebatan. Seperti saya uraikan di atas, rahasia Allah sulit dianalisa secara logika manusia. Tapi kalau kita berpedoman pada sifat Allah, maka menurut saya (sekali lagi menurut saya!), Allah adalah Dzat yang maha pengasih. Yang masih memberi waktu bagi "si jahat" untuk bertobat. Maka selayaknya kita yang masih diberi umur ini untuk bertafakur. Berpikir tentang cara dan bagaimana nanti kondisi kita saat mati. Apa yang dikatakan orang saat mendengar berita kematian kita. Apa isi pidato sahabat dan handai taulan kita saat menghantar jenazah kita ke tempat peristrahatan terakhir kita?. Apakah kita dalam khusnul qotimah?. Kalau kita ingin mati seperti "orang baik", maka dalam ceramahnya Uje sudah mengajarkannya. Maka ikuti saja caranya. Wallahualam bissaawab..

Ribuan massa menshalatkan Ustad Jeffry Al Buchori
di Masjid Istiglal Jakarta (26/04/2013) - foto detik.com
Kembali ke sosok Uje, maka apapun kegalauan ustad ini sebelum kematiannya bukan pembahasan saya. Bagi saya Uje adalah figur yang dibutuhkan di negeri ini untuk masuk ke kaum muda. Semoga penerusnya dapat mengambil hikmah tentang keberadaan Uje selama ini. Ustad-ustad muda harusnya lebih banyak lagi demi membina anak bangsa di negeri ini. Yang penting bagi saya, mereka jangan mengajarkan perilaku agama sementara di sisi lain menampilkan perilaku borjuis atau riyaa.

Selamat jalan Ustad Jeffry Al Buchori!. Tidurlah dengan tenang sampai akhir dunia. Semoga dilapangkan kuburnya, diampuni dosa-dosanya, dimaafkan segala kesalahannya, dan Allah menempatkannya di Surga.

Baca: Biografi Jeffry Al Buchori

0 komentar:

Posting Komentar