Kamis, 15 Desember 2011

Menyayangkan Norman Kamaru

Dunia seni, khususnya keartisan di negeri ini bisa menjebak. Salah satunya adalah menjebak (ex Briptu) Norman Kamaru. Populer lewat akting lipsync di youtube Norman Kamaru merasa sudah top laksana artis penyanyi yang merintis karir keartisan dari bawah sampai rela melepaskan kedinasannya sebagai brigader polisi. Menurut saya, Norman sedang terjebak dengan epidemi short-cut atau gemilang jalur potong kompas menjadi orang terkenal. Apalagi kalau bukan karena iming-iming cepat kaya lewat dunia hiburan.

Bernyanyi lipsync di media youtube membuat Norman menjadi terkenal. Tetapi menurut saya ini cuma populer sesaat. Mengapa?. Karena apa yang dilakukan oleh Norman di youtube hanya sekedar shock even. Mencuri perhatian masyarakat karena sebelumnya memang belum pernah terjadi 'kelucuan' petugas kepolisian seperti yang dilakukan Norman, dan dapat ditonton oleh semua orang di penjuru tanah air - apalagi Norman adalah seorang brigadir polisi (briptu). Saat itu kelucuan (naifnya) Norman memang sesuatu yang baru. Tetapi setelah Norman, saat ada 'kelucuan' yang dilakukan anggota polisi lain dan muncul di youtube, maka orang itu tidak jadi pusat perhatian dan bahkan dianggap oleh masyarakat 'sesuatu yang gila' dan sekedar meniru Norman.

Hingga akhirnya Norman mengundurkan diri (atau dipecat) dari kedinasan kepolisian, saya pikir tak lain dan tak bukan karena Norman memandang kepolisian tidak dapat membuatnya menjadi artis. Bujukan alam dunia entertainment di negeri ini merasuki jiwanya. Entah siapa yang membujuknya, tapi dapat dipastikan ini disebabkan karena hebatnya dunia hiburan mengambil kesempatan (baca: peluang bisnis -red) dari kasus Norman, kemudian membujuknya melakukan jalur short-cut untuk top. Pengusaha jelas ingin menjualnya demi mengeruk keuntungan sesaat. Tinggal kita menunggu apa kira-kira yang akan 'dijual' oleh Norman.

Sebagai pemerhati kasus Norman, maka saya menyayangkan Norman berhenti dari kepolisian. Seharusnya Norman tetap bertahan sebagai polisi. Menurut saya kepolisian masih lebih bisa menjamin masa depan Norman. Saya berpikir bahwa kepopuleran Norman tidak akan bertahan lama, dan bahkan akan segera berakhir bersamaan dengan berakhirnya karir kepolisiannya. Masyarakat kita ini memang unik. Hanya Norman tak menyadarinya. Norman populer bukan karena akting atau jiwa seninya, tetapi karena dia melakukan aksi saat berpredikat brigadir polisi. Di negeri ini tidak ada brigadir polisi yang 'segila' Norman, sehingga hal itu yang menjadi perhatian masyarakat. Saat Norman benar-benar terjun dan lebur ke dunia keartisan sesungguhnya, maka tak lama Norman pun akan tenggelam dan dilupakan. Saat itu, Norman pun akan menyesal mundur sebagai polisi.

Rabu, 7 Desember 2011 - 09:32 wib
Rama Narada Putra - Okezone

Resmi dipecat dari kesatuan Brimob Polda Gorontalo, Norman Kamaru mengaku sedikit menyesal. Pasalnya, impian dia sebagai seorang polisi harus kandas di tengah jalan.

"Jujur, saya cinta polisi, karena cita cita saya sebagai polisi. Keluarga saya polisi, menyesal sedikit,” kata Norman ditemui di Hanggar, Pancoran, Jakarta Pusat, Selasa (6/12/2011) malam.

Alasan Norman berhenti dari kepolisian turut disesalkan kedua orangtuanya. Meski begitu, dia tetap pada pendiriannya mengundurkan diri dari kepolisian, dan menjadi warga sipil.

"Jujur, ibu dan bapak saya sangat sedih saya mengundurkan diri, sempat kecewa. Terus sempat satu hari satu malam saya dibujuk terus untuk bertahan, tapi saya sudah tetap dengan keputusan sendiri tapi orangtua menyerahkan ke saya," ungkapnya.

Norman mengakui, keputusannya keluar dari kepolisian bukan karena dia lebih memilih menjadi seorang selebriti, namun karena keinginannya mengakhiri masa tugas sebagai seorang polisi.

"Saya keluar dari kepolisian itu memang enggak ada sangkut pautnya dengan dunia ini (dunia hiburan), memang ingin keluar saja," tandasnya.
(efi)

1 komentar: