Apa yang Anda lakukan jika suatu ketika Anda tanpa sengaja mencoba memakai sepatu orang lain, dan...abrakadabra, saat berkaca - seketika rupa Anda berubah total menjadi pemilik sepatu tersebut. Anda pasti terkejut. Setengah tidak percaya Anda pun mencoba sepatu yang lain, dan..hufff, Anda pun berubah menjadi sosok yang lain pula. Aha, inilah yang disuguhkan The Cobbler!.
Suatu hari saya terkesima dengan digi-poster The Cobbler karena saya melihat pemain utamanya adalah Adam Sandler. Saya suka dengan akting Adam Sandler di beberapa filmnya. Itulah sebabnya saya berusaha mencari sinopsis film ini dan membacanya. Di dalam beberapa sinopsis digambarkan bahwa Max Simkin (Adam Sandler) di dalam film ini adalah seorang pembuat sepatu. Ooopss salah!. Setelah saya menonton film ini, menurut saya Max Simkin hanya tukang reparasi sepatu. Kalau di kampungku disebut tukang sol sepatu. Perlu diketahui pula, film ini bukan bercerita tentang sepak terjang usaha Max Simkin, misalnya bagaimana dia membangun usahanya, atau menjajakan sepatu kesana-kemari. Tapi tentang.....
Tunggu!
Awalnya berkisah tentang kakek buyut Max Simkin di tahun 1903. Tepatnya di musim dingin di kota New York. Suatu malam toko sepatu kakek buyutnya si Max Simkin didatangani seorang gelandangan compang-camping dan lapar. Tidak seorang pun yang perduli dengan si gelandangan, kecuali si kakek buyut. Beliau merasa kasihan karena udara yang dingin menusuk tulang. Maka si kakek memberinya makan dan selimut..., dan menjahit sepatu gelandangan itu karena terlihat sudah rusak. Pagi hari, saat matahari terbit dengan hangatnya, si kakek sudah tidak melihat gelandangan itu lagi di depan tokonya. Dia sudah pergi. Dia hanya meninggalkan sebuah mesin jahit sepatu di depan pintu toko....
Max Simkin (Adam Sandler) tinggal bersama ibunya yang sudah tua Sarah Simkin (Lynn Cohen). Max mewarisi pekerjaan ayahnya sebagai tukang sol sepatu. Ayahnya pergi meninggalkan Max dan ibunya entah kemana. Sejak itulah ibunya sangat merindukan suaminya dan sangat yakin bahwa suatu ketika suaminya akan kembali. Max tahu bahwa sang ibu sangat menanti kehadiran ayahnya. Kadang-kadang ada rasa jengkel kepada ayahnya karena membuat mereka menderita. Rasa sayang Max kepada sang ibu, membuat Max rela jadi jomblo!.
Suatu ketika, disaat banyak pelanggan menggunakan jasa toko sepatunya, mesin jahit kulit sepatu Max rusak!. Hadoh, bagaimana ini ?. Max tahu betapa mahalnya biaya memperbaiki mesin itu apalagi harus membeli yang baru. Hah! ditengah kegalauan dia teringat ada mesin jahit kuno peninggalan leluhurnya di gudang. Tidak ada jalan lain mesin manual inilah yang dapat membantunya.
Dari sinilah film ini membangun cerita. Hasil jahitan dari mesin jahit kuno membuat Max Simkin terkejut. Semua sepatu yang dijahit dengan mesin leluhurnya itu bisa membuat Max berubah seketika apabila sepatu itu dipakainya. Mesin jahit ajaib, kata Max. Hampir semua sepatu yang dijahit oleh mesin itu dicoba Max. Seketika itu pula Max berubah menjadi sosok pemilik sepatu. Bahkan sepatu wanita, membuat Max menjadi sosok wanita pemilik sepatu itu.
Hingga suatu malam Max teringat ingin membahagiakan ibunya. Dicarinya sepatu sang ayah, lalu dipakainya. Wuzz, seketika rupa Max menjadi rupa sang ayah, Abraham Simkin (Dustin Hoffman). Karena bisa seperti itu, maka Max memberi tahu ibunya yang sedang sakit-sakitan bahwa besok sang ayah akan datang. Max menyamar sebagai sang ayah, dan mengajak ibunya makan malam... (ini reel yang mengharukan!).
Hingga suatu malam Max teringat ingin membahagiakan ibunya. Dicarinya sepatu sang ayah, lalu dipakainya. Wuzz, seketika rupa Max menjadi rupa sang ayah, Abraham Simkin (Dustin Hoffman). Karena bisa seperti itu, maka Max memberi tahu ibunya yang sedang sakit-sakitan bahwa besok sang ayah akan datang. Max menyamar sebagai sang ayah, dan mengajak ibunya makan malam... (ini reel yang mengharukan!).
Begitulah! Banyak kisah-kisah menarik dipaparkan di dalam The Cobbler. Misalnya, bagaimana Max menyamar jadi penjahat untuk menumpas penjahat dengan memakai sepatu sang penjahat yang kebetulan di-servis di tokonya. Selain itu, ada adegan kocak saat Max membongkar sindikat real estat yang ingin menguasai wilayah sekitar tokonya.
Siapa sebenarnya Jimmy (Steve Buscemi) dan apa hubungannya dengan Abraham Simkin (Dustin Hoffman) ?. Jimmy adalah tukang pangkas di sebelah toko Max Simkin. Mengapa Jimmy begitu perduli dengan Max dan ibunya. Sampai akhirnya Jimmy begitu sedih saat mendengar ibu Max meninggal dunia setelah bertemu sang suami tercinta...?.
Kesimpulannya: Menurut saya The Cobbler layak tonton. Meskipun di awal reel agak sedikit lambat dan terkesan serius, tapi film ini cukup menghibur. Saya golongkan sebagai genre komedi. Peran Adam Sandler sebagai Max Simkin sedang-sedang saja, karena dari penyuguhan cerita memang banyak pemeran lain sebagai peran pengganti disaat Max memakai sepatu berkarakter orang lain. Maka peran Adam Sandler disini tidak penting-penting banget dikritik sebagai pemain utama.
Saran: simak jalan ceritanya, karena ending-nya agak membuat Anda bingung..
Detail Film The Cobbler :
Saran: simak jalan ceritanya, karena ending-nya agak membuat Anda bingung..
Detail Film The Cobbler :
- MPAA Rating : R
- Genre: Komedi, Drama, Fantasi
- Produksi: Voltage Pictures
- Distributor: Image Entertainment
- Sutradara: Thomas McCarthy
- Produser: Mary Jane Skalski
- Penulis: Thomas McCarthy, Paul Sado
- Rilis: 13 Maret 2015
- Durasi: 99 menit
- Pemain:
- Adam Sandler
- Ellen Barkin
- Melonie Diaz
- Dan Stevens
- Dustin Hoffman
- Steve Buscemi
Penulis: @eddypasaribu
0 komentar:
Posting Komentar