Cinta tidak bisa berbohong. Karena ketika bicara cinta adalah bicara hati. Persahabatan sejati dan cinta sebenarnya dua sisi mata uang. Sama-sama berguna, sama-sama berhati. Kesejatian cinta tidak bisa musnah meskipun dipisahkan oleh jarak dan waktu. Dia tumbuh dari dasar hati. Tersirami oleh kasih sayang tiada henti. Sampai kapan pun...
Ada kalanya cinta tumbuh dari persahabatan sederhana. Berteman!. Akhirnya menjadi suatu kesatuan hati. Saling ketergantungan satu sama lain. Ketika ini terbangun sejak kanak-kanak, maka semakin sulit terlihat apakah ini cuma persahabatan atau saling mencintai...
Inilah yang dialami Rosie (Lily Collins) dan Alex (Sam Claflin) dalam melodrama film Love, Rosie. Dimana berawal dari persahatan mereka sejak kanak-kanak, Rosie dan Alex selalu bersama. Kadang-kadang sulit membedakan bahwa mereka adalah sepasang insan - bukan kakak-beradik. Tapi karena begitu dekatnya, hubungan persahabatan itu malah kelihatan seperti itu.
Dalam perjalanan waktu, tanpa terasa masa remaja mereka tersita oleh saling perhatian dan kasih. Rosie pernah berkata "aku sangat takut jika suatu saat kehilangan kamu". Tapi begitulah kebersamaan sejak kecil, Alex hanya menanggapinya santai saja. Ibarat kata lelucon mungkin kira-kira Alex berkata "ahh, itu cuma perasaan adik saja". Mereka pun saling lempar, saling kejar, memukul dan merajuk.
Di masa remaja ternyata hati tidak bisa berbohong. Sebenarnya mulai tumbuh rasa saling cinta. Hanya mampukah satu sama lain mengutarakannya ?. Itulah yang menjadi daya tarik mengikuti sampai tuntas kisah film ini.
Ketika Rosie mengatakan bahwa ada lelaki yang menyukainya, Alex pun membalasnya dengan kata-kata yang sama. Gengsi!. Ya, mungkin rasa itu yang menyelinap ke dalam hati keduanya. Jangan sampai aku mengatakannya lebih dahulu. Mereka sama-sama berpikir begitu...
Rosie dan Alex tinggal di Inggris. Selepas SMA mereka berdua ingin sekali kuliah di Boston. "Aku ingin melanjutkan kuliah di Boston" kata Alex. Diam-diam Rosie pun ingin mengikutinya, mengambil jurusan perhotelan di Boston. Sebenarnya karena agar dia selalu berdekatan dengan Alex.
Di malam perpisahan SMA mereka berdua menghadiri pesta. Rosie terlibat cinta sesaat dengan teman sekelas sehingga Rosie hamil. Inilah yang membuat rencana dan cita-citanya kandas. Di usia dini Rosie harus melahirkan seorang anak. Menjaga dan membesarkannya sendiri, sementara pria yang menghamilinya sudah pergi entah kemana. Harapan Rosie untuk bisa selalu bersama Alex di Boston pun pupus...
Waktu berjalan. Sampai akhirnya Alex selesai studi. Dia kembali ke kota kelahirannya dan mencari Rosie. Betapa terkejutnya ketika tahu bahwa Rosie telah memiliki seorang anak. "Siapa ayah dari bayimu?" tanya Alex. Rosie pun bercerita. "Bolehkah aku jadi ayah baptisnya ?" lanjut Alex. Rosie hanya tersenyum..
Disinilah kekuatan kisah film Love, Rosie. Bagaimana rasa kasih sejak kecil ibarat sekam yang tidak bisa padam di hati mereka. Hanya 'gengsi' membuat mereka masih belum mengakui bahwa saling mencintai. Benarkah bukti cinta itu harus dimulai dengan saling berciuman ?. "Ya, dari dulu kita tidak pernah saling mencium" kata Alex ketika ragu-ragu ingin mencium Rosie karena rindunya..
Bagaimana kelanjutan kisah mereka ?. Dapatkah mereka akhirnya bersatu ?. Ditengah keriangan hati Rosie yang ingin menyatakan cintanya kepada Alex, tiba-tiba ayah anaknya muncul. Rosie pun berada dalam kebimbangan dan galau.
Love, Rosie layak untuk ditonton. Kepiawaian Christian Ditter meramu kisah sederhana dengan gambar-gambar menarik menambah keindahan film ini. Christian pernah sukses menggarap P.S. I Love You. Selain itu Juliette Towhidi, penulis skenario spesialis film melodrama juga punya peran penting. Alur cerita tentang kehidupan Rosie membuat kita 'merasakan' bahwa kisahnya bisa mirip 'gue banget' yakni; persahabatan menjadi cinta..
Ada kalanya cinta tumbuh dari persahabatan sederhana. Berteman!. Akhirnya menjadi suatu kesatuan hati. Saling ketergantungan satu sama lain. Ketika ini terbangun sejak kanak-kanak, maka semakin sulit terlihat apakah ini cuma persahabatan atau saling mencintai...
Inilah yang dialami Rosie (Lily Collins) dan Alex (Sam Claflin) dalam melodrama film Love, Rosie. Dimana berawal dari persahatan mereka sejak kanak-kanak, Rosie dan Alex selalu bersama. Kadang-kadang sulit membedakan bahwa mereka adalah sepasang insan - bukan kakak-beradik. Tapi karena begitu dekatnya, hubungan persahabatan itu malah kelihatan seperti itu.
Dalam perjalanan waktu, tanpa terasa masa remaja mereka tersita oleh saling perhatian dan kasih. Rosie pernah berkata "aku sangat takut jika suatu saat kehilangan kamu". Tapi begitulah kebersamaan sejak kecil, Alex hanya menanggapinya santai saja. Ibarat kata lelucon mungkin kira-kira Alex berkata "ahh, itu cuma perasaan adik saja". Mereka pun saling lempar, saling kejar, memukul dan merajuk.
Di masa remaja ternyata hati tidak bisa berbohong. Sebenarnya mulai tumbuh rasa saling cinta. Hanya mampukah satu sama lain mengutarakannya ?. Itulah yang menjadi daya tarik mengikuti sampai tuntas kisah film ini.
Ketika Rosie mengatakan bahwa ada lelaki yang menyukainya, Alex pun membalasnya dengan kata-kata yang sama. Gengsi!. Ya, mungkin rasa itu yang menyelinap ke dalam hati keduanya. Jangan sampai aku mengatakannya lebih dahulu. Mereka sama-sama berpikir begitu...
Rosie dan Alex tinggal di Inggris. Selepas SMA mereka berdua ingin sekali kuliah di Boston. "Aku ingin melanjutkan kuliah di Boston" kata Alex. Diam-diam Rosie pun ingin mengikutinya, mengambil jurusan perhotelan di Boston. Sebenarnya karena agar dia selalu berdekatan dengan Alex.
Di malam perpisahan SMA mereka berdua menghadiri pesta. Rosie terlibat cinta sesaat dengan teman sekelas sehingga Rosie hamil. Inilah yang membuat rencana dan cita-citanya kandas. Di usia dini Rosie harus melahirkan seorang anak. Menjaga dan membesarkannya sendiri, sementara pria yang menghamilinya sudah pergi entah kemana. Harapan Rosie untuk bisa selalu bersama Alex di Boston pun pupus...
Waktu berjalan. Sampai akhirnya Alex selesai studi. Dia kembali ke kota kelahirannya dan mencari Rosie. Betapa terkejutnya ketika tahu bahwa Rosie telah memiliki seorang anak. "Siapa ayah dari bayimu?" tanya Alex. Rosie pun bercerita. "Bolehkah aku jadi ayah baptisnya ?" lanjut Alex. Rosie hanya tersenyum..
Disinilah kekuatan kisah film Love, Rosie. Bagaimana rasa kasih sejak kecil ibarat sekam yang tidak bisa padam di hati mereka. Hanya 'gengsi' membuat mereka masih belum mengakui bahwa saling mencintai. Benarkah bukti cinta itu harus dimulai dengan saling berciuman ?. "Ya, dari dulu kita tidak pernah saling mencium" kata Alex ketika ragu-ragu ingin mencium Rosie karena rindunya..
Bagaimana kelanjutan kisah mereka ?. Dapatkah mereka akhirnya bersatu ?. Ditengah keriangan hati Rosie yang ingin menyatakan cintanya kepada Alex, tiba-tiba ayah anaknya muncul. Rosie pun berada dalam kebimbangan dan galau.
Love, Rosie layak untuk ditonton. Kepiawaian Christian Ditter meramu kisah sederhana dengan gambar-gambar menarik menambah keindahan film ini. Christian pernah sukses menggarap P.S. I Love You. Selain itu Juliette Towhidi, penulis skenario spesialis film melodrama juga punya peran penting. Alur cerita tentang kehidupan Rosie membuat kita 'merasakan' bahwa kisahnya bisa mirip 'gue banget' yakni; persahabatan menjadi cinta..
Detail Film Love, Rosie
- MPAA Rating: R
- Genre: Drama, Comedy, Romance
- Produksi: Constantin, Octagon Films, Canyon Creek Films
- Sutradara: Christian Ditter
- Produser: Simon Brooks, Robert Kulzer
- Penulis: Juliette Towhidi
- Rilis: 2015
- Durasi: 112 menit
- Pemain
- Lily Collins
- Sam Claflin
- Christian Cooke
- Lily Laight
- Suki Waterhouse
- Jaime Winstone
Tonton Love, Rosie disini
Cinta adalah Misteri...ciiieeeeiilllaahhh..hahahahyy
BalasHapus